DSantri.ID, Bungo - Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar Bungo Jambi menggelar kegiatan Parenting dengan tema 'Membangun Sinergi Antara Sekolah, Orang Tua dan Anak'. Kali ini dihadirkan pemateri Dr Hj Verawaty, M.Pd yang juga Ketua TP PKK Bungo.
Hadir dalam kegiatan Ketua Yayasan Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar Umi Dra Hj Rosmaini MS, M.Pd.I, Direktur Pendidikan Diniyyah Al-Azhar Ustadz H.Moch Hafizh El-Yusufi, MM, Wakil Direktur Pendidikan Ustadz H. M. Zulfadhli El-Yusufi, Lc,. M.Pd, Kabid PNF Dinas Dikbud Bungo, Kepala unit pendidikan, SD IT Ust Rifaul Hanani, S.Pd, Kepala SMPIT Ust H. Musrifin, dan para wali santri yang hadir.
Dalam kesempatan itu Ustadz H.M. Zulfadhli El-Yusufi, Lc, M.Pd menyampaikan ada tiga program pendidikan 3 program pendidikan di pesantren. Pertama program pendidikan formal yang dilaksanakan oleh siswa-siswi. Kemudian, kedua program Studi Intensif Guru (SIG) yang dilaksanakan satu kali dalam sepekan yang diisi langsung oleh guru-guru yang berkompeten dibidangnya guna meningkatkan kualitas SDM di Pon-Pes Diniyyah Al-azhar.
"Kemudian Program yang ketiga yakni parenting skill, yang di adakan satu bulan sekali yang diisi oleh pakar dibidangnya. Alhamdulillah semester kedua ini dapat dilaksanakan pada hari ini. Semoga dapat diikuti dan bermanfaat oleh wali murid kita. Tujuannya, selain menjalin silaturahmi antara orang tua murid dengan sekolah. Juga menambah keilmuan bagi orang tua murid itu sendiri sekaligus membangun sinergi antara sekolah dengan orang tua dan murid, agar visi dan misi sekolah dapat tercapai sesuai dengan harapkan kita bersama," ungkap Ustadz H.M Zulfadhli El-Yusufi, Sabtu (28/1).
Sementara Dr Hj Verawaty, M.Pd, memberikan materi, diawali cerita kondisi terkini yang dialami oleh murid dan orang tua. Kemudian dilanjutkan dengan penjelasan arahan khusus presiden kepada Mendikbud yakni menuju generasi emas 2045 dengan dibekali keterampilan abad 21: Literasi Dasar, dan Kompetensi 4C (critical thinking, creativity, communication, and Collaboration).
"Dalam sinergi antara sekolah, orang tua dan anak perlu dilakukan beberapa hal, sangat penting dilibatkan masyarakat sekitar," katanya.
Akhlak budi pekerti sangat penting, sebagai wujud dari akhlaqul karimah, kita mampu menjaga dan melestarikannya, mendasari dan mewarnai prilaku kita sehari-hari.
Rasululllah saw menegaskan:
انما بعثت لاتمم مكارم الاخلاق
“Sesungguhnya aku diutus (oleh Allah) hanyalah untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak”.
"Akademik penting, namun lebih penting adalah akhlak," katanya.
Pada saat ini, ada gambaran terlihat mulai gejala sosial mulai dari anak-anak SD merokok, tawuran, narkoba, bullying, ketidakpedulian, rasa empati, perusakan otak akibat pornografi.
Pornografi itu sendiri candunya lebih daripada narkoba. Gadget saat ini sudah berada di genggaman anak-anak, masalah terjadi ketika mereka ingin mencoba sesuatu baru.
Seharusnya ada kesamaan perilaku, model, guru, orang tua. Semisal menyebutkan guru melarang anak merokok, tetapi di rumah orangtuanya boleh merokok, jika begitu juga sebaliknya maka hal ini terjadi ketidakseimbangan.
"Ternyata orang tua harus menjadi model (contoh) yang baik bagi anaknya," ujarnya.
Dalam komunikasi yang terjadi, Jika ada yang salah, maka sekolah dan orang tua saling menyalahkan. Awalnya tadi kita (orang tua) menitipkan anak ke sekolah karena ada rasa percaya. Hal ini harus ada sinergi jika ada sekolah dan orang tua menyelesaikan masalah itu secara baik.
"Guru menghubungi orang tua hanya ketika anak bermasalah. Maka harusnya ada interaksi antara guru dan orang tua dalam persoalan ini. Adanya komunikasi yang dibangun sehingga bila ada persoalan muncul bisa diselesaikan bersama," ungkapnya.
Anak kurang berinteraksi dengan lingkungan karena sibuk dengan kegiatan sekolah. Hal ini juga merupakan masalah bagi sekolah dan orang tua. Jika sebelumnya menggunakan K13 anak jadi kurang berinteraksi dengan lingkungan, maka kedepan adanya kurikulum prototipe Mendikbud akan merubah pola yang saat ini.
"Prinsip-prinsip kemitraan yakni kesamaan hak, kesejajaran, saling menghargai. Kemudian melalui semangat gotong royong dan kebersamaan, diupayakan untuk kepentingan terbaik bagi anak. Yakni saling melengkapi antara orang tua dan guru yakni saling asah, asih dan asuh," terangnya.
"Inilah dinamakan model jalinan kemitraan keluarga, satuan pendidikan dan masyarakat," katanya. (Red)