Tausiyah Parenting Akbar Diniyyah Al-Azhar Jambi, Simak Pesan UAS ke Orang Tua....

- Sabtu, 27 November 2021, 09:24 AM
Ustadz Prof H Abdul Somad, D.E.S.A tausiyah Parenting Akbar di Perguru Diniyyah Al-Azhar Jambi.

DSantri.ID, JAMBI - Sementara Ustadz Prof H Abdul Somad, Lc, D.E.S.A, PhD (UAS) dalam tausiyahnya menyampaikan ada tiga unsur yang pertama anak-anak didik, yang kedua guru dan yang ketiga orang tua, tapi dari ketiga unsur ini nama yang dipakai dalam kegiatan kali justru bukan anak-anak, bukan guru, tapi yang dipakai adalah parenting, diambil dari kata parent (orang tua). 

 

Nampaknya ini tidak adil, mestinya tiga unsur terwakili, anak-anak, gurunya, orang tuanya, tetapi disini hanya dipakai orang tuanya. 

 

"Itu menunjukkan yang paling bertanggungjawab terhadap masa depan anak-anak, bukan guru, bukan anak-anak, tetapi ditangan orang tua. Sesuai dengan Hadist Nabi Muhammad SAW 'Kullukum ra'in wa kullukum mas'ulun' yang artinya Setiap kalian adalah pemimpin dan Setiap kalian akan di mintai pertanggung jawaban atas yang di pimpinnya," kata UAS saat mengisi tausiyah Parenting Akbar di Masjid Diniyyah Al-Azhar Jambi, Sabtu (27/11/2021).

Ustadz H Moch Hafizh El-Yusufi MM menyampaikan sambutan.

Makanya ada orang yang tidak punya anak menangis sebelumnya hikmah dibalik itu mungkin dirinya belum menjadi orang tua yang amanah. Sebaliknya ada orang yang punya anak dapat menjadi amanah. 

 

"Insya Allah setiap yang hadir disini dapat menjadi orang tua yang nanti kalau dihadapan Allah mempertanggungjawabkan amalan anak didik disini hingga diyaumil akhir nanti, Aamin," katanya.

 

UAS juga mengaku tidak bisa mendidik anak dengan segala keterbatasan dan kesibukan yang beliau jalani. Dia menjelaskan ada orang punya waktu tapi tidak punya ilmu, ada orang punya ilmu tapi tidak punya waktu. 

 

"Maka kita sebagai orang tua dibantu oleh guru. Aslinya kita yang mencium tangan guru, minta tolong kepada guru untuk mendidik anak kita. Pak guru, Ustadz, Ustadzah tolong bantu saya mengemban amanah ini dari pukul 8 pagi hingga 4 sore. Kalau pendidikannya full day, kalau pendidikannya pagi, maka tolong bantu saya 24 jam dari anak ini Bismika Allahumma ahya wa amut hingga anak ini Alhamdulillahilladzi ahyana ba'da ma amatana wa ilaihin nusyur," katanya.

 

"Dari mulai mandi, masuk WC mulai kaki kiri, makan minumnya tidak boleh tangan kiri dan wajib tangan kanan, sampai tidurnya," tambahnya.

Keterangan

 

Maka sesungguhnya guru bukan karyawan di perusahaan laundry. Jadi kita banyak yang menganggap anak ini seperti pakaian kotor, kita menyerahkan cucian kita lalu datang dengan marah-marah, mengapa tidak bersih, mengapa tidak rapi, mengapa tidak wangi, sebenarnya kita bertanya-tanya. Sebetulnya berawal dari kesalahan cara pandang.

 

"Lalu dalam kesempatan ini sayaq. Bukan saya benar lalu mengatakan orang lain salah, namun hanya mengingatkan saja, dalam rangka اصَوْا۟ لْحَقِّ اصَوْا۟ لصَّبْ (watawa saubil Habil, watawa shaubis shob).

 

Ustadz Abdul Somad menceritakan bagaimana kisahnya saat mengisi anak TK, dan sempat mengaku angkat tangan, karena kala itu anak TK tidak ada yang peduli meski UAS dengan pengalaman berceramah di seluruh dunia. Namun dia menyadari, akhirnya memanggil pawangnya, Kepsek perempuan , namun beliau memiliki kemampuan luar biasa. 

 

"Disitu saya minta menyadari kita, Superman atau wonderwoman. Kita dengan keterbatasan, datanglah dengan segala amanah ini ke Diniyyah Al-Azhar Jambi. Dan kita tolong bantu Allah, doakan bapak/ibu guru tahan menghadapi anak kita," tulisnya. 

 

kita pun tidak tahan menghadapi mereka (anak), mana buktinya? 90 persen wali murid untuk Diknas agar tatap muka offline, mengingat bapak ibu tidak menghadapi menghadapi anak kandungnya sendiri. Yang dikandungnya 9 bulan 10 hari asli anaknya bukan adopsi, kapan itu terjadi? orang tua tidak sadar menghadapi menghadapi setelah adanya Covid-19. 

 

"Sebelum Covid-19, orang tua merasa ini adalah anak saya. Anak siapa ini Bu?, Anak saya. Begitu Covid-19 datang, anak siapa ini pak? Ragu saya ustadz?," cerita Ustadz disambut tertawa jemaah wali santri yang hadir. 

 

"Ternyata kita bukan apa-apa, dan bukan siapa-siapa, dan sekarang sudah jelas ratingnya, dan kita orang tua dengan segala kelemahannya minta tolong kepada bapak ibu guru, maka uang sekolah yang kita bayar itu tidak bisa menjadi kompensasi. Bukan ganti rugi. ...dan Alhamdulillah bapak ibu guru tidak pernah menganggap ini sebagai gaji. Mereka menganggap ini adalah pengabdian dan mereka berharap anak didik ini menjadi anak Sholeh dan sholehah. Setelah mereka (guru) mati menghadap Allah, pahalanya hingga Yaumil akhir nanti," kata UAS. 

 

Yang pertama orang tua mesti faham posisinya, kalau tidak nanti dia akan menyalahkan. Anak pulang ke rumah, yang dia periksa mana telingamu yang dijewer pak guru dan Bu guru, pertama Komisi Perlindungan Anak, kedua Polisi yang siap memejarakan bapak ibu guru. 

 

Saya tidak melindungi guru yang stres, tidak menghadapi masalah dunia, kredit macet, suaminya mabuk, lalu dia marah muridnya, gurunya bersalah. Guru yang begini, dibina, dak bisa dibina dibinasakan. 

 

Tapi pendidik diambil dari bahasa arab, arabba, yurobbi, tarbiyah. Tetapi jika hanya mencoba mengtransformasi ilmu, maka sesungguhnya google jauh lebih cerdas, jika hanya hebat inovasi kali-kali, maka nyatakan jauh lebih pintar. 

 

"Tetapi kita mendidik anak, mendoakan anak kita di malam hari, menjadi anak didikku ini. Yang kelak mereka terpelihara dari segala sesuatu, maka sesungguhnya bukan lawan orang tua, maka orang tua bersahabat dengan guru dalam wujud anak-anak ini. Seandainya tiang ini retak, maka insya Allah kita besok panggil insinyur robohkan tiang ini ganti tiang baru? Bisa!, Seandainya lantai ini bolong kita panggil tukang kita tempel, selesai. Namun kalau anak kita cacat pemikirannya, rusak qolbunya, maka kita tidak bisa musnahkan dia , ganti kita dengan anak yang baru Karena dia bukan robot, karena dia anak manusia, Allah buat proses pendidikan manusia ini panjang Manusia mulai dari, tengkurap, telungkup, berdiri, jatuh, berjalan hingga prosesnya kanak-kanak, remaja, dewasa,dengan proses pendidikan TK Al-Qur'an, SD, SMP, SMA, hingga berlanjut 'minal mahdi ilal lahdi' (bukan hadist nabi) tapi kata hikmah ini baik. 

 

Pendidikan Islam kata UAS sampai ke liang lahat, orang pun tetap dibisikkan telinganya yang dikenal dengan talqin. 'Laa Ilaha Illallah' muhammadurasulullah. Karena dalam Islam pendidikan sampai mati hingga menghadap Allah SWT. Jadi, besar jika ada orang tua, 'anak saya sudah di Diniyyah Al-Azhar, sehingga saya tanggungan pak ustadz. "Guru Hanya Membantu, guru hanya membantu, jangan sampai guru kita membuat istana pasir ditepi pantai. Cantik, tapi begitu datang ombak sekali sapu rata kembali. Di Diniyyah Al-Azhar diajarkan sholat Dhuha, sampai di rumah dia ngomong sama emaknya sholat subuh jam 09.30 Diniyyah Al-Azhar dia diajarkan, jilbabnya panjang, di rumah dia melihat emaknya memakai bisa kamu lihat, di Diniyyah Al-Azhar dia diajarkan bagaimana laki-laki menutup aurat. Di rumah diajarkan bagaimana memakai celana pendek. Yang salah mana? Apakah guru di sekolah atau atau orang tua saya? Akhirnya anak bingung hingga munculah generasi yang kebingungan. Maka perlu dikumpulkan orang tua wali murid untuk menyamakan persepsi visi dan misi yakni anak yang Robbi Habli Minassholihin," ungkap UAS. (red)


Tags

Artikel Terkait

X